Senin, 19 Desember 2011

Kisah Sukses Peternak Itik


Momok yang banyak dikhawatirkan penetas telur itik adalah rasio jumlah jantan yang lebih mendominasi dibandingkan jumlah anak itik betina. Maklum saja karena harga anak itik jantan jauh lebih murah dibandingkan dengan harga anak itik betina. Akan tetapi kini hal tersebut tidak lagi menjadi masalah yang cukup serius. Semenjak merebaknya warung makan yang menyajikan masakan serba bebek, bebek atau itik jantan muda justru banyak dicari orang. Permintaan suplai bebek untuk daging tidak kalah dengan permintaan bebek untuk petelur.

Kisah sukses bisnis bebek muda dialami oleh Purwanto Joko Slameto, lelaki yang berprofesi asli sebagai dosen Jurusan Teknik Arsitektur di Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat, itu telah menikmati sukses bisnis sambilan bebek muda. Per bulan ia meluangkan waktu bolak-balik Jakarta Boyolali untuk menengok peternakan Bebeknya di Boyolali. Usahanya itu tidak sia-sia karena dari peternakannya itu Pak Joko mampu mendapatkan pemasukan 86 juta rupiah.
Awalnya bisnis Pak Joko memang tidak berjalan mulus, Puluhan rumah makan di Solo dan Yogyakarta yang ditawari itik jantan muda, tidak semua berminat. Solo dan Yogyakarta dipilih sebagai pasar pertama sebab dekat dengan lokasi peternakan, lagipula budaya makan daging itik sudah terbentuk di sana.Dari 300 ekor yang ditawarkan untuk semua rumah makan hanya 210 ekor yang terjual. Kebanyakan rumah-rumah makan masih mengandalkan daging dari itik apkir.Kalau pun diterima rumah makan menawar dengan harga sangat rendah. Jauh dari harga yang ditetapkan Joko, Rp18.000/ekor bobot 1,2 kg.
Mengemas Bebek
Mengemas Bebek
Pada tahun 2008 warung-warung dan penyedia menu itik menjamur di Jakarta dan sekitarnya, menjadi berkah bagi usaha itik Joko, meski awalnya tetap tidak mudah menawarkan itik muda kepada mereka. Baru saat pasokan itik afkir mulai seret, mereka mulai mencoba itik muda. Dengan modal kartu nama yang ditinggalkannya kepada pemilik warung akhirnya mereka mulai memesan itik muda Joko.
Pasar kian terbentang saat Joko menggunakan strategi lain: pemasaran via dunia maya. Lewat blog yang dibuat, pemilik peternakan bebek ABG itu sukses menjaring 16 pelanggan-semua restoran yang sebagian besar terletak di Jakarta, sisanya Jawa Tengah dan Kalimantan Timur. Total jenderal setiap hari ia mesti memasok 300 itik jantan muda untuk pelanggan barunya itu. Setengah pasokan didapat dari mitra yang menyetor itik siap jual.
Kunci sukses lain, memperkenalkan penjualan itik jantan muda dalam bentuk karkas. ‘Tujuannya untuk meningkatkan harga jual dan citra itik jantan,’ kata Joko. Bentuk karkas juga disukai rumah makan karena mereka tidak perlu mengeluarkan biaya pencabutan bulu. Itik diterima dalam bentuk daging yang bersih.
Lain lagi cerita sukses bisnis penetasan telur dari Sulawesi, adalah Hasnah wanita muda yang sukses dengan itik-itik tetasannya. Semenjak SMP ia memang sudah terjun ke dunia penetasan telur itik. Kiprah Hasnah dalam dunia penetasan telur bebek dan menjual anakan bebek kepada peternak bukan tanpa kendala. Kendala yang dihadapi bukan hanya kendala modal, tetapi juga kendala sosial. Ada komentar pesimisme dari orang-orang disekitar tempat tinggal Hasnah, bagaimana mungkin seorang perempuan bisa mandiri dan berkiprah dalam pengembangan ekonomi keluarganya hanya dengan menetaskan telur bebek.
Cibiran beraliran pesimisme tersebut tak lantas membuat Hasnah menyerah. Ia terus menetaskan telur, menabung uangnya untuk membeli peralatan-peralatan yang masuk kategori mewah untuk ukuran orang desa, bersolek ketika ada acara-acara sosial yang membuat kaum wanita disekitarnya menjadi tertarik untuk mengikuti jejaknya, dan Hasnah berhasil dengan cara itu.
Hasnah juga menuturkan, sampai hari ini, hampir semua perempuan di desanya melakukan usaha penetasan telur dikolong rumah masing-masing untuk membantu ekonomi keluarganya, dan itu nyata adanya. berkat bebek-bebek kecil, banyak orang tua mengirimkan anaknya ke kota untuk memperoleh pendidikan yang layak. Tak hanya itu, banyak kaum lelaki yang merasa terbantu oleh usaha istri-istrinya, mereka lebih tenang dalam bekerja di luar rumah, dan beban ekonomi keluarga berkurang, serta perlahan tapi pasti banyak keluarga taraf kehidupannya meningkat
Sumber:
1.http://sosbud.kompasiana.com/2010/04/05/hasnahgadis-yatim-piatu-yang-sukses-sebagai-penetas-telur/
2. http://sembarang.info/2009/12/pak-dosen-juragan-itik-abg/

| Baca juga... |

0 komentar:

Posting Komentar